Anakmu: Aset ataukah Musibah Bagimu?

Oleh: Eko Wardoyo, S.Ag

Ilustrasi: Pexels
Ilustrasi: Pexels

Pertanyaan ini sering menjadi pikiran; khususnya bagi para orang tua yang benar-benar " MENYADARI " bahwa anak adalah titipan Tuhan yang harus dipelihara dengan sebaik-baiknya. Kita berhak dan wajib bahkan untuk mengarahkan dan mendidik anak-anak kita sesuai keinginan kita. Di dalam hadits disebutkan bahwa semua anak dilahirkan dalam keadaan suci, orang tuanya-lah yang akan membentuknya menjadi apapun. Di sisi lain yang perlu diingat adalah bahwa anak kita bisa menjadi aset yang menolong  atau bahkan bisa menjadi musibah dan kecelakaan yang berkelanjutan dalam kehidupan dunia apalagi kehidupan akhirat kita.

Imam Ibnul Qoyim al Jauziah berkata: "Kebanyakan masalah dan keburukan yang ditimbulkan dari prilaku para anak-anak adalah buah dari kelalaian para orang tua. Hal ini bisa bersumber dari kurangnya perhatian, pendidikan dan lain sebagainya, sehingga tumbuhkan mereka dengan pribadi dan sikap yang buruk dan tercela". Inilah yang sering kali kita (para orang tua) lalai, bahwa masa depan kehidupan mereka  adalah sangat bergantung dari didikan orang tuanya saat ini. 

Sebuah ilustrasi ringan dan pernah terjadi di zaman khalifah Umar bin Khatab. Datang seorang tua sambil marah-marah mengadukan anaknya yang menurutnya "durhaka", ia berani dan lancang kepadanya, ( adunya kepada Khalifah ), kemudian dipanggilnyalah anaknya di hadapan Umar.

Umar bertanya:" Apakah engkau 
tidak takut kepada Allah dengan durhaka kepada ayahmu, Nak?",

"Wahai Amirul mukminin, bukankah anak juga punya hak kepada orang tua nya?"

"Benar. Haknya adalah memilihkan ibu yang baik, memberi nama yang baik dan mengajarkan Al kitab ( Al quran ) dan akhlak", tukas Umar.

"Demi Allah ... Ayahku tidak melakukan itu semua kepadaku. Ibuku adalah hamba sahaya hitam yang dibeli ayah dari pasar dengan harga 400 dirham, ia tidak memberinya nama yang bagus. Namaku adalah JU'AL ( ju'al artinya seorang hitam yang jelek dan emosional ), dan ia tidak mengajarkan Al-quran kepadaku meski hanya satu ayat."

Anak itu pun meneteskan air mata karena gejolak hatinya. 
Maka Umar menoleh kepada ayahnya: " Engkau mengatakan anakmu telah durhaka kepadamu, tetapi sebenarnya engkau telah durhaka kepadanya sebelum ia mendurhakaimu". Pergilah dan perbaiki dirimu dan dia.

Dari kisah tersebut mudah-mudahan membuka hati kita, bahwa anak kita bisa menjadi aset yang menolong kita, baik di kehidupan dunia dan akhirat kita, dan bisa pula menjadi bencana yang akan mencelakakan orang tua nya selama-lamanya. Maka mari kita mulai sejak dini, didiklah anak-anak kita sebaik-baiknya, titipkanlah di tempat yang tepat, dan ajarilah agama dan akhlak, di samping kemampuan ya di bidang lain yang menunjang keinginannya.

Penulis: 
Eko Wardoyo, S.Ag., guru PAI SMK Bina Utama Kendal dan Ketua Jam'iyah Dzikir dan Sholawat Rotibul Kubro Kabupaten Kendal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar